Sabtu, 14 November 2009

kehilangan kamu kah

Aku sudah melepas mu sekarang. Menjauhkan kau dari bayang-bayang ku yang selama ini menghantui jalannya hidup. Sesal memang ku rasa, tapi apalah di buat, ini keharusan. Aku tidak tega melihatmu menderita, menderita karena cinta yang ku jaga. Akhirnya keputusan ini sudah bulat dan terlaksana, kau sudah mulai menjauhiku.

Tapi aku juga akan merasa gusar bila saja tak melihat parasmu. Entah kenapa.. ada rasa ingin terus memiliki dalam gelombang dada ku. Aku.. tidak tega jika saja nantinya kamu akan terhina, kamu akan terluka (bukan karena perlakuanku!), tapi karena keputusanku yang mendorong semua orang berbuat begitu. jika itu terjadi, ku takkan rela melihat badanmu semakin menyusut. Aku tahu kamu itu orang yang hebat dan berpendirian, orang yang tidak akan mudah jatuh dengan hal sepele diluar dugaan.
Kamu sudah mempunyai jam terbang yang luar biasa canggih untuk mengatasi hal seperti ini. Tapi itu tidak menutup kemungkinan akan robeknya hatimu, aku tidak rela! Karena hatimu telah menjadi bagian dalam hatiku, telah membuatnya begitu di lindungi oleh diri ini. Entah mengapa itu tersa begitu menyakitkan, karena ku tahu tak gampang menerima kenyataan.

Jika saja berbeda, jika saja kelahiran ku jauh sesudah mu. Mungkinkah akan ada peluang yang menaungi persentase sikap manusia itu? Tetap saja ‘jika’ bukanlah pelarian yang bagus dari semua ini. Aku takkan menyesali itu. Karena bila halnya aku sedetik saja aku tak lahir di masa lampau, itu akan merubah semua jalan hidup yang telah kita lewati saat ini, akan mengubah segalanya, dear …

Apa yang harus ku lakukan saat ini?? Apa?!! Aku tidak akan menyesalkan waktu yang berjalan. Aku juga tak bisa menyalahkan yang lainnya. Itu akan membunuh hatimu. Karena setiap ruang otak dan nadiku telah dipenuhi oleh mu, akan sulit ku melupakan detik kenangan yang pernah kita lewati bersama. Detik tawa, detik kekecewaan, detik ke kahwatiran, detik bangga mu di setiap sorot mata, aku takkan mampu mengubahnya. Aku bukanlah siapa-siapa. Bukan bagian dari tiap harimu, bukan juga bagian dari criteria penunjang senyummu.

Aku hanyalah Annisa Nur Widya yang selalu membuat Aufar Rizki kesal tanpa bisa melawan. Aku mengingatnya dengan baik dalam rekaman otakku. Jangan berharap aku akan melupakannya, sayang. Aku tak begitu pikun dan bodoh untuk melupakan apa yang menjadi bagian terindah dalam hidupku. Apalagi mengingat tangan mu yang melayangkan sebuah genggaman ke depan muka ku. Dengan hatiku yang was-was akan menerima tonjokan dari seorang lelaki yang cukup kuat untuk melakukannya. Ternyata kau hanya meringis sedikit dan menyimpulakan seutas senyum jenaka dari bibirmu, sambil keluar kau berkata gemas akan kelakuan ku.

Aha aha … aku begitu terkejut dan melongo sukses melihat ia yang berbuat seperti itu. Tapi kejadian itu tak seromantis yang terlihat, entah apa yang terjadi dalam diri kami, sehingga membuat jarak yang begitu kokoh, mengalahkan benteng yang berdiri di negeri china itu. Aku sungguh kangen kamu. Gak akan ada yang dapat membuat ku bangun dan sadar akan kehidupan kelam ku yang sebenarnya. Walau tanpa sadar itu kau lakukan, tapi mungkin ini rahasia tuhan.

Kamu yang dapat dengan mudah mengetahui isi hatiku, dan dengan gampangnya dapat melambungkan serta menjadikan ku jatuh di pelimbahan begitu saja. Aku bukanlah apa-apa untukmu, tapi kamu adalah apa-apa bagiku. Bagaimana ini?? Aku tidak bisa mengatasi hatiku sendiri. Entah apa yang ada dalam otakmu. Tapi ku yakin kau sadar akan perubahan sikap ku. Jangan berpikir yang macam-macam, cinta.. karena hanya kau yang dapat merubahku, menjadikan sikapku dewasa dan tak ke kanak-kanakan lagi. Maff kan aku telah menjadi perusak hidup mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar